Senin, 01 Juni 2015

ISU LINGKUNGAN


2.1.    LINGKUNGAN
Isu lingkungan hidup menempati bagian penting dari diskursus publik internasional kontemporer. Ini dessebabkan oleh krisis keseimbangan ekologis yang dialami dunia dengan percepatan terutama setelah Perang Dunia II. Planet yang kita diami ini tengah mengalami proses “global warming”  yang disebabkan oleh pengeluaran yang berlebihn dari gas-gas “rumah hijau” yang paling terkenal diantaranya adalah kloroflorokarbon. Gas-gas ini menyebabkan berkurangnya lapisan ozon yang melindungi bumi dari sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh Matahari. Masalah lainnya meliputi deforestasi hutan tropis, yang berguna untuk mensirkulasi gas-gas berbahaya menjadi oksigen, yang terjadi pada tingkat yang menakutkan, yaitu 30.000-37.000 mil persegi pertahun, di Sub-Sahara proses desertifikasi terjadi dengan tingkat per tahunnya sebesar 6 juta hektar. Dunia pun mengalami prospek musnahnya ratusan ribu spesies dalam waktu dua puluh tahun ke depan. Bila tingkat perusakan lingkungan seperti yang ada sekarang berlanjut, planet Bumi tidak akan sanggup lagi menunjang para penghuninya. Baik negara berkembang yang sedang membangun ekonominya maupun negara-negara industri sama-sama memiliki kepentingan nasional yang mempengaruhi sikap dan kebijakan mereka dalam mengatasi isu lingkungan hidup global.  Persoalan utama yang terjadi di Negara-negara berkembang adalah upaya pemerintahan yang berkuasa untuk menjadikan pembangunan ekonomi sebagai sumber legitimasi kekuasaan sehingga kemudian menjadi semacam ideology yang tak boleh diganggu gugat. Umumnya ekspor negara berkembang bertumpu pada sumber daya alam. Indonesia misalnya, mengandalkan minyak bumi dan ekspor kayu tropis. Kondisi demikian mudah diduga akan berdampak pada percepatan pengurasan sumberdaya alam. Selain itu, rezim perdagangan bebas Internasional mempunyai tujuan meningkatkan volume perdagangan dengan membebaskan perdagangan  dari segala bentuk proteksi. Pengalaman empiris menunjukkan ekonomi global tidak dapat tumbuh tanpa ada pengurasan ekonomi alam. Kondisi inilah yang melatarbelakangi munculnya standarisasi produk berwawasan lingkungan pada era perdagangan bebas. Bagi negara-negara berkembang, seperti Indonesia, kedua hal di atas dapat menjadi dilema. Di satu pihak, terdapt kesadaran bahwa permasalahan lingkungan hidup terasa cukup serius. Namun di lain pihak, era perdagangan bebas menuntut produk-produk yang bermutu baik dan murah. Ketentuan standarisasi akrab llingkungan tentunya akan menambah ongkos produksi barang yang akan menjadikan produk-produk tersebut kurang kompetitif dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh Negara-negara maju yang telah terlebih dahulu mempunyai infrastruktur produksi berwawasan lingkungan.
2.2.  Pengertian Pencemaran Lingkungan
Dampak dari kemajuan industri dan teknologi dapat dirasakan langsung maupun tidak langung. Dirasakan langsung apabila kegiatan industri dan teknologi tersebut dapat dirasakan langsung oleh manusia. Dampak langsung yang bersifat positif contohnya kegiatan industri dapat berjalan cepat dan mudah sebab dilakukan dengan teknologi canggih, contoh lain alat komunikasi dan transportasi di masa kini sudah cepat dan mudah sebab kemajuan dari teknologi. Dampak langsung yang bersifat positif memang diharapkan oleh manusia, tetapi dampak langsung ini juga memiliki sifat yang negatif. Dampak langsung yang negatif di hindari atau dikurangi, sebab dapat merugikan kualitas hidup manusia.
2.3.  Isu Lingkungan Global
Isu lingkungan global merupakan permasalahan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan dari permasalahan lingkungan tersebut mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi dunia serta menyeluruh. Isu lingkungan global mulai muncul dalam berberapa dekade belakangan ini. Kesadaran manusia akan lingkungannya yang telah rusak membuat isu lingkungan ini mencuat. Isu lingkungan global yang mencuat ke permukaan yang bersifat global serta yang paling penting dalam lingkungan adalah mengenai pemanasan global.
Gambar 1 : Perkembangan Pemanasan Global
Pemanasan global atau yang sering kita sebut global warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Pemanasan global atau global warming menjadi isu global mutakhir terkait lingkungan hidup dimana pencemaran dan pengrusakan terhadap lingkungan dianggap sebagai faktor penyebab hilangnya sifat kealamiahan bumi akibat pemanasan global. Dunia pun menyadari untuk melakukan upaya keras mengingat semakin terancamnya eksistensi kehidupan. Diperkirakan, setiap tahun dilepaskan 18,35 miliar ton karbon dioksida (18,35 milliar ton karbon dioksida ini sama dengan 18,35 X 1012 atau 18.350.000.000.000/kg karbon dioksida). Pemanasan global terjadi akibat meningkatnya gas sulfur dioksida dan gas-gas rumah kaca, seperti CO2 akibat dari pembakaran bahan bakar fosil. Proses pemanasan global ini terjadi ketika radiasi dari sinar matahari akan masuk ke bumi. Radiasi dari sinar matahari tersebut akan sampai bumi dan menghangatkan bumi. Sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh bumi, dan sebagian bumi akan memantulkan kembali ke angkasa. Jika atmosfer bumi penuh dengan gas-gas rumah kaca maka panas dari bumi tidak dapat diteruskan ke angkasa. Akibatnya, panas kembali ke bumi. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari Matahari yang dipancarkan ke Bumi. Inilah yang disebut dengan Efek Rumah Kaca
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18°C (1.33 ± 0.32°F ) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia” melalui Efek Rumah Kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa Ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut. Sebagian besar para ilmuawan telah mencapai suatu kesepakatan mengenai fenomena yang terkenal dengan nama pemanasan global dan telah menjadi sorotan utama masyarakat dunia sekarang. Selama setengah abad sekarang ini, gas rumah kaca CO2, methan, nitrat oksida dan CFC dilepaskan ke atmosfir bumi dalam jumlah yang sangat besar dan dengan konsekuensi yang sangat besar. Menurut laporan panel antara pemerintahan antar perserikatan bangsa-bangsa/IPCC, telah terjadi kenaikan suhu minimum dan maksimum bumi antara 0,5 – 1,5 derajat. Kenaikan itu terjadi pada suhu minimum dan maksimum disiang hari maupun malam hari antara 0,5 sampai 2,0 derajat celcius atau temperature rata – rata global telah meningkat sekitar 0,6 derajat celcius (33 derajat F) diabandingkan dengan masa sebelum industri. Jika emisi gas-gas berbahaya ini terus meningkat sesuai dengan kecenderungan yang terjadi, konsentrasi gas rumah kaca akan lebih tinggi dan mencapai dua kali lipat dari sebelum era industri pada tahun 2100. jika ini terjadi, maka konsentrasi gas rumah kaca akan lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi selama jutaan tahun terakhir ini. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya temperature rata-rata global sebesar 2,5 derajat celcius, dengan peningkatan 4 derajat celcius di daratan. Angka tersebut sepertinya kecil dan tidak berarti, tetapi ketika temperature permukaan bumi meningkat 4 derajat C, peningkatan ini sebenarnya cukup untuk mengakhiri zaman Es.
~ Perubahan Permukaan Laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai dan banyak pulau-pulau Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades  Saat ini, ketinggian lautan sudah meningkat karena blok-blok es di lautan mulai mencair. Para ilmuwan mengatakan bahwa abad paling dalam millennium terakhir adalah abad ke-20. tidak mengeherankan jika tinggi lautan selama abad ke-20 adalah sekitar 10 cm, dan sebagian besar diantaranya terjadi pada abad ke-20.


~ Perubahan Iklim
Kenaikan suhu secara execeptional sangat mencemaskan dibandingkan dengan bencana seperti banjir dan kekeringan karena kenaikan suhu tidak tergantung dari musim dan bersifat lintas batas sehingga efek distruksinya besar. Selain dari itu, kenaikan suhu durasinya lama dan polanya kontinu sehingga menguras totalitas energi. Berbeda dengan banjir dan kekeringan, sekalipun polanya saat itu acak tetapi magnitude banjir besar terjadi pada musim hujan dan magnitude kekeringan ekstrem terjadi pada puncak musim kemarau. Perubahan iklim sudah tidak lagi menyangkut kepentingan lingkungan hidup. Namun, sudah meluas pada aspek keamanan pangan, ketersediaan air bersih, kesehatan masyarakat, gangguan cuaca berupa badai yang kian meningkat intensitasnya serta ancamannya. Intinya, resiko resiko yang dihadapi manusia naik tajam. Tidak hanya mengarah pada kerusakan harta benda atau lingkungan, tetapi juga mengancam jiwa manusia. Pemanasan global telah memicu peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan melelehnya es di gunung dan kutub, berkurangnya ketersediaan air, naiknya permukaan air laut dan dampak buruk lainnya. Pemanasan global seperti dilaporkan 441 pakar Intergovernmental panel on Climate change, 10 April 2007, menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi lima tahun mendatang berupa kegagalan panen, kelangkaan air dan kekeringan. Diperkirakan asia akan mengalami dampak yang paling parah, produksi pertanian tiongkok dan banglades akan anjlok 30 persen, India akan mengalami kelangkaan air dan 100 juta rumah warga pesisir akan tergenang. Laju pemanasan global yang tidak terkendali akan makin mempercepat pencairan es dikutub dan meningkatkan permukaan air laut secara drastic. Dampaknya, kawasan pulau kecil dan pesisir makin tenggelam. Kemudian menimbulkan sedimentasi yang menutup permukaan terumbu karang. Fenomena tersebut juga akan memicu tingkat keasaman terumbu karang yang menimbulkan pemudaran (bleaching) hingga kepunahan ekosistem tersebut akibat sedimentasi dan intensitas cahaya matahari yang berkurang. Sifat perubahan iklim tentu tidak mengenal batas Negara. Begitu pula distribusi dan dampaknya, bahkan akan menimbulkan ketidakseimbangan dan ketidak adilan antar Negara. Negara-negara industri adalah penyumbang terbesar gas rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim, sedangkan Negara yang sedang berkembang yang sedikit konstribusinya dalam fenomena pemanasan global ini justru terkena dampak yang nyata. Oleh karena itu, semua pihak harus menyatakan perang melawan pemanasan global dengan perannya masing-masing. Industri transportasi, ahli pertanian, aktifis lingkungan, pemerintah hingga individu harus mengerem peningkatan pemanasan global.
~ Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
~ Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat Stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan Malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat – tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, Malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
~ Dampak Terhadap Kesehatan Manusia
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian demam Berdarah karena munculnya ruang (Ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adanya perubahan iklim ini, maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes aegypti), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang targetnya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksikan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perubahan ekosistem yang ekstrem ini. Hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change) yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang/kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
~ Perdebatan tentang Pemanasan Global
Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global. Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang keadaan pada masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan global dengan berargumen bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan suhu. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta bahwa pemanasan berkelanjutan dapat menguntungkan di beberapa daerah. Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan tiga perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global dengan perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim.
Pertama, pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade pada pertengahan abad ke-20, bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun 1970-an.
Kedua, jumlah total pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh dari yang diprediksi oleh model.
Ketiga,Troposfer lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat prediksi model.
Akan tetapi, pendukung adanya pemanasan global yakin dapat menjawab dua dari tiga pertanyaan tersebut. Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnyausi udara yang menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar Matahari kembali ke angkasa luar. Pemanasan berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya kontrol terhadap polusi yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih. Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi disebabkan penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para ilmuwan telah lama memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup data untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memberikan hasil analisis baru tentang suhu air yang diukur oleh para pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan. Suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup berarti. Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit pemanasan di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus, pembacaan atmosfer tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences untuk membahas masalah ini mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran troposfer yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara jelas.
~ Upaya untuk mengurangi pemanasan global, antara lain:
1. Menanam pohon, karena pohon berperan besar dalam mengurangi pemanasan global karena pohon dalam foto sintesis pada siang hari menyerap CO2 dan menghasilkan O2. Sehingga dapat megurangi kandungan karbondioksida di udara yang dapat memicu menipisnya ozon dan terjadi pemanasan global.
2. Menghijaukan hutan yang telah gundul, karena sekarang ini banyak pembalakan liar yang menyebabkan penggundulan hutan.
3. Melakukan efisiensi pada penggunaann bahan bakar fosil. Selain dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global, eksploitasi yang berlebihan pada bahan bakar fosil juga akan menyebabkan kelangkaan pada bahan bakar fosil tersebut, kerena bahanbakar fosil tidak dapat diperbarui.
4. Mencari alternatif energi lain yang lebih ramah lingkungan dan harganya terjangkau oleh masyarakat luas.
2.4. Isu Lingkungan Nasional
Isu lingkungan nasional yaitu permasalahan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan dari permasalahan lingkungan tersebut mengakibatkan dampak dalam skala nasional. Salah satu isu lingkungan nasional yaitu sampah. Sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat sebagai akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya atau dibuang sebagai barang tidak berguna.
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.”
Berangkat dari pandangan tersebut sehingga sampah dapat dirumuskan sebagai bahan sisa dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Sampah yang harus dikelola tersebut meliputi sampah yang dihasilkan dari:
1. Rumah tangga
2. kegiatan komersial: pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, restoran, tempat hiburan.
3. fasilitas sosial: rumah ibadah, asrama, rumah tahanan/penjara, rumah sakit, klinik, puskesmas
4. fasilitas umum: terminal, pelabuhan, bandara, halte kendaraan umum, taman, jalan,
5. Industri
6. hasil pembersihan saluran terbuka umum, seperti sungai, danau, pantai.
Sampah padat pada umumnya dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Sampah Organik
Sampah organik (biasa disebut sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran dll.
2. Sampah Anorganik
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol, tas plsti. Dan botol kaleng Kertas, koran, dan karton merupakan pengecualian. Berdasarkan asalnya,kertas, koran, dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik. Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan akibat perindustrian maupun rumah tangga sangat merugikan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kegiatan perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas kehidupan dapat lebih ditingkatkan. Namun seringkali peningkatan teknologi juga menyebabkan dampak negatif yang tidak sedikit.
1. Dampak bagi kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
·         Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
·         Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
·         Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
·         Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

2. Dampak Terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
3. Dampak terhadap keadaan social dan ekonomi
·         Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
·         Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
·         Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
·         Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
·         Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.
~ Pencemaran Air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dan lain-lain juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda- beda. Meningkatnya kandungan nutrient dapat mengarah pada eutrofikasi  Sampah organic seperti air comberan dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada kurangnya oksigen yang dapat berdampak buruk bagi semua ekosistem.  Industry membuang berbagai macam polutan kedalam air dan menimbulkan efek kurangnya oksigen dalam perairan tersebut.
*                  ~ Sumber Pencemaran Air
 · Hujan
1. Hujan Asam (Sulfur Dioksida, Nitrogen Dioksida)
 2. Pencemaran udara: asap knalpot kendaraan bermotor, asap pabrik
· Permukaan Bumi
1. Industri: bahan kimia, sisa toksik, logam berat, minyak, radioaktif
2. Pertanian: pestisida, bahan kimia
3. Manusia: sisa bahan cucian, sampah, kuman, bakteri, virus
Parit & Sungai: semua pencemaran dari hujan dan permukaan mengalir ke parit lalu ke sungai.
· Rumah Tangga                              
1. Pipa air (berkarat)
2. Tangki air (kuman, parasit, cacing, serangga)
Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam udara dan atau berubahnya susunan udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.Terjadinya pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara (perubahan dari komposisi tersebut di atas) yang secara langsung atau tidak mempengaruhi kesehatan, keamanan dan kenyamanan manusia.
~   Sumber pencemara udara
a.       Transportasi (sumber bergerak)
Ket:jumlah keadaan yang begitu banyak juga mempengaruhi kualitas udara.
b.      Pembakaran bahan bakar dari sumber tetap
ket: terkadang kebakaran banguan maupun hutan juga menjadi sumber penyebab dari pencemaran udara.
c.       Proses industri (sumber tetap)
Ket: industri negara maju sangat berpengaruh terhadap pencemaran udara
d.      Pembangunan limbah padu (sumber tetap).
Sumber pencemaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Pencemaran udara out door dan Pencemaran udara in door
Dampak Pencemaran Udara :
- Penipisan Ozon
 - Pemanasan Global ( Global Warming )
- Penyakit pernapasan, misalnya : jantung, paru-paru dan tenggorokan
- Terganggunya fungsi reproduksi
- Stres dan penurunan tingkat produktivitas
- Kesehatan dan penurunan kemampuan mental anak-anak
- Penurunan tingkat kecerdasan (IQ) anak-anak.
~  Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. Pada kesehatan dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
~  Efek Rumah Kaca
a.      Pengertian efek rumah kaca
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat. Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke bumi, 10 energi radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di atmosfer, 34% dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat bumi menjadi panas, 23% menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan tanaman untuk perfotosintesis. Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang tidak diubah menjadi bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman dalam bentuk radiasi inframerah. Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari permukaan bumi tertahan oleh gas-gas yang ada di atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi panas pantulan dari bumi. Dalam skala yang lebih kecil – hal yang sama juga terjadi di dalam rumah kaca. Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam rumah kaca. Pantulan dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca adalah berupa sinar inframerah dan tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara di dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara di luar dingin. Efek memanaskan itulah yang disebut efek rumah kaca atau ”green house effect”. Gas-gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca atau ”green house gases”.
b.      Proses terjadi
Proses terjadinya efek rumah kaca ini berkaitan dengan daur aliran panas matahari. Kurang lebih 30% radiasi matahari yang mencapai tanah dipantulkan kembali ke angkasa dan diserap oleh uap, gas karbon dioksida, nitrogen, oksigen, dan gas-gas lain di atmosfer. Sisanya yang 70% diserap oleh tanah, laut, dan awan. Pada malam hari tanah dan badan air itu relatif lebih hangat daripada udara di atasnya. Energi yang terserap diradiasikan kembali ke atmosfer sebagai radiasi inframerah, gelombang panjang atau radiasi energi panas. Sebagian besar radiasi inframerah ini akan tertahan oleh karbon dioksida dan uap air di atmosfer. Hanya sebagian kecil akan lepas ke angkasa luar. Akibat keseluruhannya adalah bahwa permukaan bumi dihangatkan oleh adanya molekul uap air, karbon dioksida, dan semacamnya. Efek penghangatan ini dikenal sebagai efek rumah kaca. Sedangkan proses secara singkatnya yaitu ketika sinar radiasi matahari menembus kaca sebagai gelombang pendek sehingga panasnya diserapa oleh bumi dan tanaman yang ada di dalam rumah kaca tersebut. Untuk selanjutnya, panas tersebut di radiasikan kembali namun dengan panjang gelombang yang panjang(panjang geklombang berbanding dengan energi) sehingga sinar radiasi tersebut tidak dapat menembus kaca. Akibatnya, suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang di luar rumah kaca.
Ket: gambar di atas menjelaskan siklus efek rumah kaca.
c.  Pengaruh
Pengaruh rumah kaca terbentuk dari interaksi antara atmosfer yang jumlahnya meningkat dengan radiasi solar. Meskipun sinar matahari terdiri atas bermacam-macam panjang gelombang, kebanyakan radiasi yang mencapai permukaan bumi terletak pada kisaran sinar tampak. Hal ini disebabkan ozon yang terdapat secara normal di atmosfer bagian atas, menyaring sebagian besar sinar ultraviolet. Uap air atmosfer dan gas metana dari pembusukan – mengabsorpsikan sebagian besar inframerah yang dapat dirasakan pada kulit kita sebagai panas. Kira-kira sepertiga dari sinar yang mencapai permukaan bumi akan direfleksikan kembali ke atmosfer.
Sebagian besar sisanya akan diabsorpsikan oleh benda-benda lainnya. Sinar yang diabsorpsikan tersebut akan diradiasikan kembali dalam bentuk radiasi inframerah dengan gelombang panjang atau panas jika bumi menjadi dingin. Sinar dengan panjang gelombang lebih tinggi tersebut akan diabsorpsikan oleh karbon dioksida atmosfer dan membebaskan panas sehingga suhu atmosfer akan meningkat. Karbon dioksida berfungsi sebagai filter satu arah, tetapi menghambat sinar dengan panjang gelombang lebih untuk melaluinya dari arah yang berlawanan. Aktivitas filter dari karbon dioksida mengakibatkan suhu atmosfer dan bumi akan meningkat. Keadaan inilah yang disebut pengaruh rumah kaca.  Pengaruh karbon dioksida yang dihasilkan dari pencemaran udara berbentuk gas yang salah satunya adalah dari rumah kaca. Karbon dioksida mempunyai sifat menyerap sinar (panas) matahari yaitu sinar inframerah – sehingga temperatur udara menjadi lebih tinggi karenanya. Apabila kadar yang lebih ini merata di seluruh permukaan bumi, temperatur udara rata-rata di seluruh permukaan bumi akan sedikit naik, dan ini dapat mengakibatkan meleburnya es dan salju di kutub dan di puncak-puncak pegunungan, sehingga permukaan air laut naik
e.       Dampak
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara Kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. Menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorpsinya. Energi yang masuk ke bumi mengalami: 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diabsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi. Energi yang diabsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam dibumi tidak terlalu jauh berbeda. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

~  Penggundulan Hutan
Indonesia merupakan paru-paru dunia, di Indonesia terdapat beberapa hutan yang menghasilkan oksigen dalam jumlah besar. Meskipun julukan itu desematkan ke Indonesia namun tidak membuat masyarakat Indonesia untuk menjaga kelestarian hutan. Penyebab penggundulan hutan diantaranya ialah:
· Penebangan hutan secara liar
        Penebangan hutan secara liar sangat rentan terjadi di Indonsia, hal ini disebabkan oleh tingkat ekonomi penduduk yang lemah, harga kayu yang mahal dan para usahawan yang ingin meraup unung sebesar-besarnya.
Ket: Keadaan hutan yang telah ditebang secara liar dan tidak ditanam kembali dengan pohon baru.
·  Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan juga sering terjadi di Indonesia, diantaranya yang terjadi di Riau, Kalimantan dam daerah lainnya. Kebakaran hutan ini disebabkan oleh kelalaian manusia yang membakar sedikit lahan namun kebakaran tersebut meluas.
Ket: Kondisi hutan yang terbakar.
~  Perubahan Iklim
Beberapa daerah tertentu di Indonesia sangat rentan terhadap beragam bahaya perubahan iklim. Meskipun temperatur udara di Indonesia kemungkinanakan mengalami sedikit kenaikan, perubahan iklim akan mengakibatlkancurah hujan yang lebih besar dan kenaikan permukaan laut. Masyarakat dan ekosistem yang sangat rentan terhadap risiko perubahan iklim beradadi Jawa, Bali, beberapa bagian Sumatra dan sebagian besar Papua.Pemanasan laut juga akan berpengaruh pada keanekaragaman hayati lautdan sangat berbahaya bagi terumbu karang, yang sebelumnya telah risiko pemutihan. Dampak potensial dari pembangunan meliputi:
 • Peningkatan ancaman terhadap ketersediaan pangan
 • Penurunan produktivitas pertanian
Banjir yang melanda zona dan komunitas pesisir yang produktif
Hilangnya mata pencaharian usaha tani dan pesisir
Peningkatan intensitas penyakit yang ditularkan melalui air dan vektor.
2.5. Isu Lingkungan Lokal
Isu lingkungan lokal merupakan yaitu permasalahan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan dari permasalahan lingkungan tersebut mengakibatkan dampak sangat dirasakan bagi daerah lokal. Salah satu isu pencemaran lokal pada propinsi Kalimantan Barat yaitu pencemaran sungai Kapuas. Sungai Kapuas merupakan sungai yang ada di Kalimantan Barat dan telah menjadi sumber air yang digunakan oleh penduduk setempat untuk melakukan aktifitas seperti mencuci, mandi dan lain sebagainya.
Menurut D. Dwidjoseputro, pencemaran air merupakan suatu perubahan kualitas fisik, kimia dan biologi air yang tidak diinginkan, sehingga dapat menimbulkan kerugian kerena mempengaruhi sistem kehidupan.
Apabila semua kegiatan industri dan teknologi memperhatikan dan melaksanakan pengolahan air limbah industri dan masyarakat umum juga tidak membuang limbah secara sembarangan maka masalah pencemaran air sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan. Namun, dalam kenyataannya masih banyak industri atau suatu pusat kegiatan kerja yang membuang limbahnnya ke lingkungan melalui sungai Kapuas. Pembuangan air limbah secara langsung ke lingkungan inilah yang menjadi penyebab utama pencemaran air di sungai Kapuas. Persoalan kualitas air adalah persoalan serius daerahKalomantan Barat, di mana 70 persen masyarakat Kota Pontianak dan Kalbar masih menggunakan air Sungai Kapuas secara langsung sebagai air konsumsi sehari-hari, baik melalui proses penyaringan PDAM maupun tidak. Pencemaran berbagai zat kimia berbahaya di Sungai Kapuas di Kalimantan Barat saat ini sudah terjadi mulai bagian hulu hingga hilir sungai. Sungai Kapuas tak hanya tercemari zat kimia merkuri, tetapi juga limbah pabrik, bakteri coli, dan ada juga indikasi tercemar pestisida dari perkebunan. Dari penelitian Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Pontianak pertengahan 2008 di hulu Sungai Kapuas, di Kabupaten Sintang dan Sekadau, tampak bahwa sungai dengan panjang 1.086 kilometer itu secara kimiawi dan biologis sudah tercemar. Temuan ini melengkapi penelitian beberapa tahun sebelumnya, saat ditemukan kandungan Hg yang melebihi ambang batas di bagian hilir Sungai Kapuas. Sungai Kapuas telah menunjukan gejala tercemar oleh zat kimia merkuri, limbah pabrik, bakteri coli, dan ada juga indikasi tercemar pestisida dari perkebunan. Hal ini terlihat pada saat musim hujan sungai menjadi keruh dan tidak jernih lagi. Sehingga menimbulkan kekhawatiran apabila kondisi ini dibiarkan maka 5 tahun ke depan, akan tak melihat lagi sungai yang jernih dan layak untuk dikonsumsi. Merkuri merupakan bahan kimia yang biasa digunakan untuk memurnikan butiran emas pada penambangan emas tanpa izin. Merkuri yang masuk ke tubuh manusia bisa mengganggu sistem saraf dan sistem enzym yang berguna bagi metabolisme tubuh. Dampak pada manusia: menderita tremor, hilang ingatan, mengganggu pertumbuhan janin. Beradasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Kapuas juga ditemukan adanya biota Benthos jenis Chironomous. Jenis ini hanya dapat hidup di daerah tercemar. Di sana juga dijumpai plankton yang hanya hidup di air tercemar. Sejauh ini, air Sungai Kapuas dikatakannya masih kerap dimanfaatkan untuk industri, perhotelan, rumah makan dan sejenisnya. Pencemaran di daerah aliran sungai (DAS) Kapuas selama ini dijelaskannya akibat pengaruh aliran hulu ke hilir, kandungan merkuri akibat aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI), limbah rumah tangga dan industri. Mudahnya merkuri dijual di pasaran Kalbar, baik dalam kemasan kantung maupun botol plastik, turut berdampak mencemari Sungai Kapuas. Harga senyawa yang dipakai untuk aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin ini pun amat terjangkau bila dibandingkan dengan harga emas yang melangit.Merkuri dijual seharga Rp 25 ribu per gram. Bapedalda Provinsi Kalbar pun belum diketahui nama perusahaan yang mengelola distribusi merkuri di Kalbar. Sebab, di negara ini pun belum ada satu pabrik pun yang memproduksi merkuri dalam kapasitas untuk diperjualbelikan. Dari hasil penelitian yang telah mereka lakukan di beberapa wilayah yang selama ini dijadikan sebagai kawasan pertambangan emas, daerah di DAS Kapuas yang memiliki kandungan air raksa tertinggi terdapat diwilayah kecamatan Timpah. Dibandingkan hasil penelitian 2001, terdapat sedikit penurunan kadar mercury yang terkandung dalam air sungai di DAS Kapuas. Dari 50 lokasi yang dijadikan sampel penelitian ketika itu, diketahui kandungannya telah mencapai 0,0262 hingga 0,0351 miligram air raksa per 1 liter. Namun pencemaran itu harus diwaspadai sedini mungkin,mengingat pengonsumsian air raksa bisa terjadi tidak secara langsung tanpa harus lebih dahulu menggunakan air sungai yang tercemar seperti untuk minum atau memasak.Antara lain seperti mengkonsumsi ikan sungai. 
2.6.  Studi Kasus
Tidak dapat dipungkiri lagi, manusia sebagai makhluk yang “lebih berkuasa” merupakan pemeran utama adanya pemanasan global. Hal ini disebabkan manusia lah yang penyumbang gas rumah kaca terbesar. Dari berbagai aktivitasnya penggunaan energi fosil merupakan penyumbang gas rumah kaca terbanyak. Berdasarkan World Development Report 1998/99 dari Bank Dunia, total emisi CO2 dunia pada tahun 1995, baik berasal dari penggunaan energi maupun dari sumber lain sebesar 22.700 juta ton. Amerika Serikat menempati urutan pertama dalam hal pembuangan emisi gas CO2 sebanyak 24,1% (melebihi Jepang, India, China, maupun gabungan tiga negara ini, maupun jika dibandingkan dengan Eropa). Selain penggunaan energi fosil, pemakaian barang-barang yang akan menimbulkan aerosol yang berlebihan di atmosfer juga menimbulkan pemanasan global. Sebagai contoh penggunaan freon pada AC, pemakaian hair dan parfum spray maupun asap kendaraan bermotor yang menimbulkan senyawa timbal (Pb). Semakin berkurangnya hutan memegang peranan dalam pemanasan global. Kawasan hutan merupakan areal yang mempunyai manfaat langsung bagi masyarakat, namun pada kenyataannya selama ini belum banyak dipahami kalangan awam sebagai sesuatu yang berarti. Mereka menilai kawasan hutan merupakan kawasan tutupan hutan yang hanya mempunyai makna ekonomi jika kayu yang ada di dalamnya bisa dijual atau dimanfaatkan untuk bangunan. Air yang terserap dari gunung menciptakan kesuburan tanah dan menjaga kecukupan air masyarakat yang keluar lewat mata air kemudian dialirkan melalui sungai-sungai dan air tersebut dimanfaatkan untuk lahan pertanian masyarakat sekitar. Memang sangat berorientasi pada kepentingan manusia yang ada disekitar kawasan hutan, namun jika dihubungkan secara global, ekosistem hutan lebih dari itu. Hutan telah berjasa dalam keseimbangan iklim, mengurangi polusi, mereduksi, menyerap CO2 dan mengurangi pemanasan global. Beberapa tahun terakhir ini penjarahan hutan atau penebangan liar di kawasan hutan makin marak terjadi dimana-mana seakan-akan tidak terkendali. Ancaman kerusakan hutan ini jelas akan menimbulkan dampak negatif yang luar biasa besarnya karena adanya efek El-Nino dari hilangnya hutan, terutama pada kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi ekologis dan biodiversiti besar. Badan Planologi Departemen Kehutanan melalui citra satelit menunjukkan luas lahan yang masih berhutan atau yang masih ditutupi pepohonan di Pulau Jawa tahun 1999/2000 hanya tinggal empat persen saja. Kawasan ini sebagian besar merupakan wilayah tangkapan air pada daerah aliran sungai (DAS). Akibat dari kejadian ini hilangnya suatu kawasan hutan yang tadinya dapat mendukung kehidupan manusia dalam berbagai aspek. seperti kebutuhan air, oksigen (O2), kenyamanan (iklim mikro), keindahan (wisata), penghasil kayu, rotan, dammar, penyerapan karbon, pangan dan obat-obatan, sekarang ini sudah sulit di dapatkan lagi.

4 komentar: